Cari Blog Ini

Minggu, 30 Mei 2010

MAKALAH
(Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan)



Oleh :
Eko Oganda Putra 0643024017
Nurleni kurniawati 0643024039
Titin sprihatin 0443024037
Ratna Noviyanti 0313024032





PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2010



KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Fotoperiodisme Dan Vernalisasi”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu kami mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.
Terima kasih penulis mengucapkan kepada ibu Neni Hasnunidah sebagai dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis, kami ucapkan kepada pihak-pihak yang mendukung kami atas terselesainya makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya sebagai penulis dan bagi orang lain selaku pembaca.


Bandar Lampung, 22 Mei 2010

Penulis








I. PENDAHULUAN


I.1 Latar Belakang
Salah satu proses perkembangan yang harus tepat waktu adalah proses pembungaan. Tumbuhan tidak boleh berbunga terlalu cepat sebelum organ-organ penunjang lainnya siap, misalnya sebelm akar dan daun lengkap. Sebaliknya tumbuhan tidak boleh berbunga terlambat, sehingga buah tumbuhan tidak sempurna keburu musim dingin dating. Kejadian tersebut penting artinya bagi tumbuhan yang hidup di daerah 4 musim, sehingga mereka harus benar-benar dapat memanfaatkan saat yang tepat untuk melakukan perkembangaan nya. Tmbuhan semusim (annual plant) harus memanfaatkan waktu diantara musim dingin. Tumbuhan dua musim (biennial plant) pada musim pertama menghasilkan organ-organ persediaan makanan di dalam tanah, dan pada musim berikutnya melakukan pertumbuhan yang di akhiri dengan pembungaan. Tumbuhan menahun (perennial plant) akan menghentikan pertumbuhan dan perkembangan (dorman) pada musim dingin, berbunga pada musim berikutnya agar cukup waktu bagi buah untuk berkembang dan matang sebelum atau di awal musim gugur.

Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat erat berhubungan kehidupan tanaman, yang akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Semua proses fisiologi akan dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari cahaya. Penyinaran cahaya terhadap tanaman merupakan salah satu faktor eksternal yaitu faktor dari luar yang mempengaruhi pembungaan (Natania, 2008).

Kejadian musiman sangat penting dalam siklus kehidupan sebagian besar tumbuhan. Perkecambahan biji, pembungaan, permulaan dan pengakhiran dormansi tunas merupakan contoh-contoh tahapan dalam perkembangan tumbuhan yang umumnya terjadi pada waktu spesifik dalam satu tahun. Stimulus lingkungan yang paling sering digunakan oleh tumbuhan untuk mendeteksi waktu dalam satu tahun adalah fotoperiode, yaitu suatu panjang relative malam dan siang. Respons fisologis terhadap fotoperiode, seperti pembungaan, disebut fotoperiodisme (photoperiodism) (Campbell, dkk., 1999).

Penemuan fotoperiodisme merangsang banyak sekali ahli fisiologi tanaman untuk mengadakan penyelidikan tentang proses itu lebih jauh dalam usahanya untuk menentukan mekanisme aksi. Mereka segera menemukan bahwa istilah hari pendek dan hari panjang merupakan salah kaprah (misnomer). Interupsi periode hari terang dengan interval kegelapan tidak mempunyai efek mutlak pada proses pembungaan (Natania, 2008).

1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah agar

a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar dan istilah jam biologi.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme kerja jam biologi
c. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme fotoperiodisme
d. Mahasiswa mampu menjelaskan peran fitokrom dalam fotoperiodisme
e. Mahasiswa mampu menguraikan mekanisme vernalisasi

















II. ISI


C. FOTOPERIODISME

Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran ( panjang pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Garner dan Alard (1920) menyebutkan Maryland Mammoth adalah tumbuhan hari Pendek (short day plant), karena tumbhan ini nyatanya memerlukan suatu periode terang yang lebih pendek di banding dengan panjang siang hari yang kritis untuk pemrbungaan. Krisan, poinsettia, dan beberapa varietas kacang kedelai merupakan contoh tumbuhan hari pendek yang pada mumnya berbunga pada akhir musim panas, musim gugur, atau musim dingin. Kelompok lain yang bergantung pada fotoperiode hanya akan berbunga ketika periode terang lebih lama beberapa jam. Tumbuhan hari panjang (long day plant) ini umumnya berbunga pada akhir musim semi atau awal musim panas. Bayam, misalnya, ketika panjang siang hari 14 jam ata lebih lama. Lobak, dam selada, iris, dan banyak varietas sereal lain merupakan tumbuhan hari panjang. Perbungaan pada kelompok ke tiga, yaitu tumbuhan hari netral, tidak dipengaruhi oleh fotoperiode. Tomat, padi, dan dandelion adalah contoh tmbuhan hari netral (day neutral plant) yang berbunga ketika mereka mencapai tahapan pematangan tertentu, tanpa memperdlikan panjang siang hari pada waktu itu.
Panjang malam kritis. Pada tahun 1940-an peneliti menemkan bahwa sesungguhnya panjang malamlah, bukan panjang siang hari, yang mengotrol perbungaan dan respons lainnya terhadap fotoperiode. Banyak saintis ini bekerja dengan cocklebur, yaitu suatu tmbuhan hari pendek yang berbunga hanya ketika panjang siang hari 16 jam ata lebih pendek (dan panjangnya malam paling tidak 8 jam). Jika bagian siang hari fotoperiode disela dengan pemaparan singkat terhadap kegelapan, tidak ada pengaruh pada perbungaan. Namun, jika bagian malam atau periode gelap dari fotoperiode disela dengan beberapa menit penerangan cahaya redup, tumbuhan tersebut tidak akan berbunga.
GAMBAR
Coklebur memerlukan paling tidak 8 jam kegelapan secar terus menerus supaya dapat berbunga. Tumbuhan hari pendek sesungguhnya adalah tumbuhan malam panjang, tetapi istilah yang lebih kuno tersebut tertanam kuat dalam jargon fisiologi tumbuhan. Tmbuhan hari panjang sesungguhnya tumbuhan malam pendek ; apabila ditanam pada fotoperiode malam panjang yang biasanya tidak menginduksi perbungaan, tmbuhan hari panjang akan berbunga jika periode kegelapan terus menerus diperpendek selama beberapa menit dengan pemberian cahaya.
Dengan demikian, respon fotoperiode tergantung pada suatu panjang malam kritis. Tumbuhan hari pendek akan berbunga jika durasi malam hari lebih lama di banding dengan panjang kritis (8 jam untuk cocklebur); tumbuhan hari panjang akan berbunga ketika malam hari lebih pendek disbanding dengan panjang malam kritis. Industry penanaman bunga telah menerapkan pengatahuan ini untuk menghasilkan bunga diluar musimnya. Chrythemum misalnya adalah tumbuhan hari pendek yang biasanya berbunga pada musim gugur, tetapi perbungaannya dapat ditunda sampai hari ibu (amerika serikat, red) pada bulan mei dengan cara menyela setiap malam panjang dengan seberkas cahaya, yang mengubah satu malam panjangmenjadi malam pendek.
Apakah ada suatu hormone perbungaan? Tunas menghasilkan bunga, tetapi mendeteksi fotoperiode. Pada banyak spesies tumbuhan hari pendek atau tumbuhan hari panjang, perbungaan cukup diinduksi dengan memaparkan sebuah daun tunggal terhadap fotoperiode yang tepat. Sesungguhnya meskipun hanya satu daun dibiarkan bertaut pada tumbuhan, fotoperiode akan tetap terdeteksi dan tunas bunga akan diindksi. Namun, jika semua daun dibuang tumbuhan akan buta terhadap fotoperiode. Pada kenyataannya, beberapa pesan untuk berbunga diangkut dari daun ke tunas bunga. Sebagian besar ahli fisiologi tumbuhan yakin bahwa tumbuhan ini adalah sebuah hormon atau perbahan konsentrasi relatif dua atau lebih hormon.
GAMBAR
Sinyal untuk bunga yang berjalan dari daun ketunas bnga kelihatannya sama pada tumbuhan hari pendek dan tumbuhan hari panjang, meskipun kedua kelompok tumbuhan tersebut berbeda dalam hal kondisi fotoperiodik yang diperlukan daun untuk mengirim sinyal tersebut.
Transmisi meristem dari pertumbuhan vegetative sampai ke perbungaan. Apapun kombinasi petunjuk lingkungan (seperti fotoperiode) dan sinyal internal (seperti hormon) yang diperlukan untk perbungaan, hasilnya adalah transmisi meristem tunas dari keadaan vegetatif menjadi satu keadaan perbungaan. Transisi ini memerlukan perubahan ekspresi gen-gen yang mengatur pembentukan pola. Gen identitas meristem yang menentukan bahwa tunas akan membentuk bunga terlebih dahulu dan bukan membentuk tunas vegetatif, harus diaktifkan (di-on-kan) terlebih dahulu. Kemudian gen identitas organ-organ bunga kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik -diaktifkan pada daerah meristem yang tepat. Penelitian mengenai perkembangan bunga sedang berkembang pesat, yang bertujuan untuk mengidentifikasi jalur transduksi sinyal yang menghubungkan petunjuk-petunjuk seperti fotoperiode dan perubahan hormonal dengan ekspresi gen yang diperlukan untuk perbungaan.
D. FITOKROM
Fitokrom adalah reseptor cahaya, suatu pigmen yang digunakan oleh tumbuhan untuk mencerap (mendeteksi) cahaya. Sebagai sensor, ia terangsang oleh cahaya merah dan infra merah Infra merah bukanlah bagian dari cahaya tampak oleh mata manusia namun memiliki panjang gelombang yang lebih besar daripada merah.
Fitokrom ditemukan pada semua tumbuhan. Molekul yang serupa juga ditemukan pada bakteri. Tumbuhan menggunakan fitokrom untuk mengatur beberapa aspek fisiologi adaptasi terhadap lingkungan, seperti fotoperiodisme (pengaturan saat berbunga pada tumbuhan), perkecambahan, pemanjangan dan pertumbuhan kecambah (khususnya pada dikotil), morfologi daun, pemanjangan ruas batang, serta pembuatan (sintesis) klorofil.
Secara struktur kimia, bagian sensor fitokrom adalah suatu kromofor dari kelompok bilin (jadi disebut fitokromobilin), yang masih sekeluarga dengan klorofil atau hemoglobin (kesemuanya memiliki kerangka heme). Kromofor ini dilindungi atau diikat oleh apoprotein, yang juga berpengaruh terhadap kinerja bagian sensor. Kromofor dan apoprotein inilah yang bersama-sama disebut sebagai fitokrom.

Gambar struktur fitokrom
Penelitian rintisan terhadap pengaruh cahaya merah dan merah jauh terhadap pertumbuhan tumbuhan antara 1940-1960 dilakukan oleh Sterling Hendricks dan Harry Borthwick dari Pusat Penelitian Pertanian Beltsville di Maryland, dengan menggunakan spektrograf dari bahan-bahan sisa Perang Dunia Kedua. Dari hasilnya diketahui bahwa cahaya merah memacu perkecambahan dan memicu tanggap untuk pembungaan. Lebih lanjut, cahaya merah jauh berpengaruh sebaliknya terhadap pengaruh cahaya merah. Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa bagian yang peka terhadap rangsang cahaya ini berada di daun.
Pr
Penyerapan spektrum cahaya oleh Pr dan Pfr memilki karakteristik seperti pada gambar :

Kamis, 21 Januari 2010

fungsi hidup

Fungsi Hidup

Alloh SWT menciptakan alam semesta dan menentukan fungsi-fungsi dari
setiap elemen alam ini. Mata hari punya fungsi, bumi punya fungsi,
udara punya fungsi, begitulah seterusnya; bintang-bintang, awan, api,
air, tumbuh-tumbuhan dan seterusnya hingga makhluk yang paling kecil
masing-masing memiliki fungsi dalam kehidupan. Pertanyaan kita adalah
apa sebenarnya fungsi manusia dalam pentas kehidupan ini, apakah sama
fungsinya dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan ? atau mempunyai fungsi
yang lebih istimewa ?

Bagi seorang atheis, manusia tak lebih dari fenomena alam seperti
makhluk yang lain, oleh karena itu manusia menurut mereka hadir di
muka bumi secara alamiah dan akan hilang secara alamiah. Apa yang
dialami manusia, seperti peperangan dan bencana alam yang menyebabkan
banyak orang mati , adalah tak lebih sebagai peristiwa alam yang
tidak perlu diambil pelajaran atau dihubungkan dengan kejahatan dan
dosa, karena dibalik kehidupan ini tidak ada apa-apa, tidak ada Tuhan
yang mengatur, tidak ada sorga atau neraka , seluruh kehidupan adalah
peristiwa alam. Bagi orang atheis fungsi manusia tak berbeda dengan
fungsi hewan atau tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai bagian dari alam.

Bagi orang yang menganut faham sekuler, manusia adalah pemilik alam
yang boleh mengunakannya sesuai dengan keperluan. Manusia berhak
mengatur tata kehidupan di dunia ini sesuai dengan apa yang dipandang
perlu, dipandang baik dan masuk akal karena manusia memiliki akal
yang bisa mengatur diri sendiri dan memutuskan apa yang dipandang
perlu. Mungkin dunia dan manusia diciptakan oleh Tuhan, tetapi
kehidupan dunia adalah urusan manusia, yang tidak perlu dicampuri
oleh agama. Agama adalah urusan indifidu setiap orang yang tidak
perlu dicampuri oleh orang ain apa lagi oleh negara.

Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu
sebagai hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah
(khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba Alah, manusia adalah
kecil dan tak memiliki kekuasaan, oleh karena itu tugasnya hanya
menyembah kepada Nya dan berpasrah diri kepada Nya. Tetapi sebagai
khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha
besar maka manusia sebagai wakil Nya di muka bumi memiliki
tanggungjawab dan otoritas yang sangat besar .

Sebagai khalifah, manusia diberi tangungjawab pengelolaan alam
semesta untuk kesejahteraan ummat manusia, karena alam semesta memang
diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga
diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan
kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi
otoritas untuk menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah
kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang
sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi.
Oleh karena itu manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan
psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, hati nurani, syahwat dan
hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi
makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat
potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding
binatang.

Peranan Orang Muslim Dalam Menghadapi Bencana Gempa (2)
sambungan..
Penanggulangan korban bencana
Terhadap orang yang terkena musibah berupa kehilangan sesuatu yang dicintainya atau sangat berharga baginya, seperti sanak keluarga, bangunan rumah, hewan ternak, tanaman, harta benda, ataupun yang lainnya, maka yang harus dilakukan adalah hal-hal berikut ini:

1. Bersikap ridha terhadap ketentuan Allah SWT (menerima takdir), dan tidak bersikap menggerutu atau mencela terhadap apa yang telah terjadi. Sikap ridha seperti itu adalah termasuk ushulul iman (rukun iman), sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits shahih:

وََأنْ تُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرٍّهِ حُلوِهِ ومُرِّهِ
“Hendaknya engkau beriman pada ketentuan (takdir) baik dan buruk, takdir yang manis ataupun yang pahit.”.(H.S.R. Bukhari dan Muslim).

Apa yang menimpa diri orang beriman bila itu memeng sudah ditakdirkan Allah, pasti akan terjadi; dan tak ada satu kekuatanpun yang dapat menghalanginya, sebagaiman firman-Nya:
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلانَا وَعَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“Katakanlah, Sekali-kali tidak akan menimpa (diri) kami melainkan apa yang telah ditetapkan (ditakdirkan) oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal (pasrah diri).” (QS. At-taubah: 51).

2. Selalu berharap dan tidak berputus asa dengan rahmat Allah SWT serta yakin bahwa Allah akan menggantikan apa yang telah hilang darinya, bagaimanapun dahsyatnya peristiwa bencana ini dan kerugian besar yang dideritanya pasti Allah menggantikannya walau beberapa saat kemudian. Sikap yang berlawanan dengan itu dapat menjeremuskan pada kekafiran, sebagaiman firman-Nya:

إِنَّه لاَ يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat (pertolongan dan kasih sayang) Allah, melainkan kaum yang kafir (non-muslim).” (QS. Yusuf: 87).

Dalam Al Qur’an, surat Al-Anbiya’ Allah SWT menceritakan tentang musibah sakit-sakitan yang dideritanya secara terus-menurus oleh Nabi Ayub untuk jangka waktu cukup lama (menurut ahli tafsir seperti Al Qurthuby berlanjut 18 tahun, tapi Ibnu Abbas berpendapat 7 tahun, 7 bulan, 7 hari dan 7 malam- lihat Tafsir Qurthuby jil. VI hal. 232-233). Beliau tetap tabah dan sabar tanpa mengeluh sedikitpun. Tapi setelah sekian lama menderita beliau baru berdo’a untuk disembuhkan dari penyakitnya itu. Mengenai sikap dan do’a Nabi Ayub tersebut Allah SWT berfirman:

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىَ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ . فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا
مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru (memohon kepada) Tuhannya, ‘(Ya Rabbi, Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit (yang berkepanjangan) dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.’ Maka Kami pun memperkenankan seruan (permohonan)nya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka (jumlah anak-anak), sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua (orang) yang menyembah Allah.” (QS. Al-Anbiya’: 83-84).
Setiap orang beriman pasti diuji Allah dengan berbagai macam ujian dan kesulitan, termasuk apa yang dideritanya akibat pembantaian dan peperangan, atau akibat bencana alam seperti gempa, banjir dan lain-lain. Balasan dari Allah atas kesabaran orang beriman sangat mahal yaitu, Surga. Itu di akhirat, sedang di dunia Allah menjanjikan kemenangan atas musuh Islam, berubahnya keadaan masyarakat, serta banyak akibat baik lainnya yang mengembirakan.

Di alam barzakh dijanjikan suatu bentuk kehidupan yang bercorak khusus terutama untuk para syuhada yang gugur dalam perang fi-sabilillah. Adapun yang menjadi korban bencana alam, mereka ini disamakan pahalannya dengan orang yang mati syahid.

Allah SWT berfirman tentang goncangan dan kesengsaraan yang menimpa pengikut Nabi Muhammad saw. baik di masa beliau maupun dimasa mendatang, bahwasannya apa yang sering menimpa mereka itu tidak lain hanya merupakan sunnatullah yang berlaku pula bagi pengikut para Nabi sebelumnya:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمْ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ
وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتى نَصْرُ اللهِ أَلاَ إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيب.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya nashrullah (pertolongan Allah).’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214).

Masih banyak nash-nash lainnya di dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah. Semuanya memberikan satu harapan dan menanamkannya didalam jiwa manusia sekaligus menguatkannya, serta melarang adanya rasa putus asa (pesimisme) dan mondorong manusia agar senantiasa menjauhkan diri dari sikap yang tercela itu.

3. Segera mengambil tindakan untuk memulihkan keadaan ekonominya tanpa dikurung oleh keputusasaan, kemudian menatapkan langkahnya dengan penuh harapan, sehingga dengan jiwa besar seperti ini dapat menstabilkan ekonominya kembali. Ia tidak lekas meminta bantuan, kemudian menunggu tanpa berusaha sumbangan mengalir dari masyarakat. Tangan yang tinggi lebih mulia dari tangan yang rendah meskipun dalam keadaan bencana. Maka tidak diperkenankan individu meminta bantuan kecuali jika belum mendapatkan penghasilan atau belum ada inisiatif dari masyarakat yang terdekat yang mengetahui keadaan ekonominya. Bantuan masyarakat pun bersifat temporer belaka, tidak selalu mengalir dan tidak akan terus-menerus berlanjut.

Rasulullah pernah mengarahkan kepada seorang pria yang kerjaannya hanya meminta-minta agar ia tidak meminta-minta lagi dan mengandalkan diri pada hasil pekerjaannya sendiri. Rasulullah kemudian membelikan sebuah kampak untuknya, agar dapat dipergunakan olehnya untuk usaha yang dapat menutupi kebutuhan keluarga dan dirinya sendiri. Orang itu pun akhirnya berhasil dan berhenti meminta-minta.

Adapun untuk sekela yang lebih luas jika terjadinya bencana alam seperti gempa, maka tidak sepatutnya mereka yang tertimpa bencana itu memimta bantuan kemanusiaan dari siapapun. Sudah menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat untuk membantu mereka dengan bantuan yang layak dan dapat memenuhi kebutuhan. Jauhnya lokasi bencana tidak boleh menjadi alasan untuk tidak segera mengirimkan bantuan dan mengevakuasi jenazah para korban.
Pemerintah sama sekali tidak boleh lamban dalam memberikan pertolongan dan bantuan yang diperlukan. Begitu pula para pengusaha dan berbagai elemen masyarakat lainnya harus ikut berpartisipasi dalam hal ini. Merka tidak boleh lamban juga dalam memberikan bantuan yang dapat menguatkan posisi negara sehingga tidak perlu meminta bantuan dari negara-negara asing.

Kewajiban orang yang tidak tertimpa musibah adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya turut merasakan kepiluan yang sedang dirasakan oleh mereka yang tertimpa musibah. Karena mereka juga sama-sama manusia. Selain itu hendaknya juga bergerak memberikan bantuan materil maupun moril yang dapat meringankan beban musibah dan menghilangkan kesedihan rakyat yang tertimpa bencana. Karena agama Islam ini, maupun fitrah, sangat mencela manusia –apalagi seorang mukmin- yang memiliki hati kasar dan perasaan yang beku sehingga tidak lagi sayang kecuali hanya pada dirinya sendiri, bahkan tidak ada sesuatu yang penting baginya kecuali hal yang berguna bagi dirinya sendiri dan dapat mendatangkan keuntungan pribadi. Dalam sebuah hadits Nabi saw. bersabda:

مَنْ لَمْ يَهْتَمَّ بِأَمْرِ المُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُم
“Siapa saja yang tidak memperhatikan (prihatin) terhadap persoalan kaum muslimin maka ia tidak termasuk dalam golongan mereka (tidak patut disebut muslim lagi).” (HR. Hakim dan Thabrani dengan sanad dhaif, akan tetapi sautu hadits yang lemah bisa diterima jika berkaitan denagan fadhilah amal).

Motivasi untuk bergerak membantu orang lain, terutama dari kalangan kaum muslimin yang sedang menderita kesusahan atau tertimpa bencana dan sebagainya, diperjelas lagi dengan sabda Rasulullah saw. yang lain:

مَثَلُ المُؤمِنِيْنَ فِي تَرَاحُمِهِم وَتَوَّادِّهِم وَتَعَاطُُفِهِم كَمَثَلِ الْجَسَدِ الوَاحِدِ
إذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الأَعْضَاءِ بِالَسَهَِر وَالحُمَّى
“Perumpamaan kaum mukminin dalam sikap saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling iba adalah seperti sebuah jasad (tubuh). Jika salah satu anggota tubuh mengeluh sakit maka anggota tubuh yang lainnya akan turut tidak dapat tidur dan akan merasakan sakit tersebut .” (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Setidaknya turut merasakan prihatin atas musibah yang menimpa kaum muslimin, yaitu dengan mengunjungi orang yang terkena musibah, mendoakan dia dan meringankan musibahnya meski dengan beberapa butir kata saja. Selain itu hendaknya juga mengajak orang-orang kaya yang mampu memberikan pertolongan, jika ia sendiri tidak mampu memberikan pertolongan, sebab orang yang memberikan petunjuk pada kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala yang sama seperti orang yang melakukan kebaikan tersebut. Allah SWT mencela orang-orang yang berhati kasar yang lupa bahwa di padang mahsyar nanti amal mereka akan dipertanyakan tentang kelalaiannya. Allah SWT berfirman:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ . فَذَلِكَ الَّذِي يَدُّعُ الْيَتِيم. وَلاَ يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan (adanya) hari kiamat? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan (orang kaya) memberi makan (kepada) orang miskin.” (QS. Al-Ma’un: 3).
3. Berusaha memberikan hiburan (pelipur lara), semampu mungkin. Nash-nash al-Qur`an dan hadits banyak yang mengajak mengutarakan hiburan kepada orang-orang yang tertimpa musibah, serta melapangakan dada mereka. Bersabda Rasulullah saw.:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤمِنٍ كُرْبَة مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ
يَوْمِ القِيَامَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ العَبْدِ مَا دَامَ العَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ
“Siapa saja yang memberikan hiburan (melapangakan dada) seorang mukmin atas kesedihannya di dunia, maka Allah akan menghilangkan kecemasannya (menghiburnya) dari kesedihan pada hari kiamat nanti. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.”(HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah juga memberikan peringatan yang sangat keras kepada orang kaya yang bersikap kikir dan lamban dalam memberikan pertolongan kepada orang yng tertimpa musibah aatau bencana. Rasulullah saw. bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ بَاتَ شَبْعَانَ وَجَارُهُ جَائِعٌ إلى جَنْبِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ
“Tidaklah termasuk golongan kami orang yang tidur dalam keadaan kenyang sedangkan tetanggan yang ada di sampin rumahgnya kelaparan, padahal ia mengetahui hal itu.”(HR. Thabrani dengan sanad hasan).

4. Memberikan pertolongan dan meringankan musibah serta melapangkan dada orang yang kesedihan dan ketakutan dari kalangan keluarga korban, hendaknya dilakukan oleh semua lapisan masyarakat dengan menunjukkan sikap solidaritas yang tinggi; baik secara individu, kelompok, maupun lembaga. Pemerintah an pejabat negara harus tampil di baris paling depan dan tidak boleh lalai dalam memberikan bantuan kemanusiaan. Boleh dilabatkan negara-negara lain yang ada di dunia Islam saja, mereka tak luput dari kewajiban memberikan bantuan obat-obatan, makanan, peralatan, tim medis, dana dan lain-lain. Mereka terpanggil juga, jika bencana yang menimpa negeri muslim lainnya sedemikian dahsyat dan tidak dapat dihadapi kecuali dengan kerja keras semua pepimpin dunia Islam, seperti trajedi bencana yang gempa dan tsunami yang meimpan seluruh kawasan Asia sampai Afrika. Allah SWT berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan (memberi bantuan dana dan barang pokok di waktu terjadinya musibah dan bencana) dan (dalam mengerjakan hal-hal yang berkenaan dengan) taqwa (membangun masjid, menasihati penguasa, melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dll).” (QS. Al-Maidah: 2).

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dengan sanad hasan disebutkan bahwa Allah akan memberkahi setiap upaya yang dilakukan secara berjama’ah (bersama). Allah akan memberi pertolongan kepada kaum muslimin bila mereka bersatu padu dalam mengerjakan sesuatu yang telah diwajibkan atau disunnahkan (dianjurkan), bersabda Nabi saw.:

يَدُ اللهِ مَعَ الجَمَاعَةِ
“Tangan (kekuasaan) Allah ada bersama jama’ah.”

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya, bahwasanya sekelompok orang miskin yang berasal dari suku Mudhar datang kepada Nabi saw. di Madinah. Wajah Rasulullah pun berubah ketika melihat mereka sangat menderita kemiskinan. Rasulullah kemudian berkhutbah di hadapan orang banyak dan memerintahkan kepada kaum muslimin untuk memberikan bantuan materil kepada orang-orang tersebut. Kaum muslimin pun kemudian mengumpulkan banyak benda. Rasulullah saw. merasa gembira tatkala melihat respon masyarakat yang begitu tinggi dan semangat mereka dalam mengerjakan kebaikan. Lalu beliau bersabda:

مَنْ سَنَّ فِي الإسْلاَمِ سُنَّةُ حَسَنةً فَلَهُ أجْرُهَا وَأجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
“Siapa saja yang menganjurkan (menunjukkan kepada masyarakat) suatu perbuatan baik (yang dilakukan di masa Islam) maka baginya ganjaran pahala seperti pahala orang yang melakukan kebaikan tersebut hingga hari kiamat nanti.” (H.S.R. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad).

Islam sendiri telah mewajibkan atas negara mempersiapkan dana cadangan untuk bencana yang kemudian dana itu disimpan di baitul maal (kas negara). Islam juga telah memberi wewenang kepada negara (penguasa) untuk mewajibkan atas rakyatnya yang kaya memberikan bantuan saat terjadinya bencana, bilamana pendapatan negara belum mencukupi mengatasi bencana. Bahkan Islam mewajibkan atas pemimpin untuk mengajak rakyat hidup sederhana tatakala terjadi suatu bencana besar, serta menghindari kehidupan yang mewah demi untuk menghadapi situasi darurat yang melanda negara.

Sikap yang demikian itu telah dilakukan oleh Amirul Mu’minin sayyidina Umar bin Al –Khaththab r.a. bahkan beliau mewajibkan kesederhanaan hidup atas dirinya sendiri. Beliau mencegah diri makan daging pada musim paceklik (‘aamul maja’ah). diamana masyrakat Madinah saat itu dilanda krisis kelaparan yang berkepanjangan.

Bahkan beliau telah menjatuhkan sanksi-sanksi yang berat atas orang-orang kaya yang berkecukupan, yang lalai memberikan bantuan kepada rakyat yang dilanda kelaparan. Beliau ambil sikap itu dengan maksud supaya mereka menunjukkan rasa keprihatinannya yang mendalam dan turut serta merasakan musibah yang diterita oleh masyarakat lemah yang tergolong fakir miskin, serta membantu warga dari kelebihan harta y
Share this post..